Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

4 Pilar Pendidikan | Ilmunessia

 

EMPAT PILAR PENDIDIKAN

Terkait dengan permasalahan pendidikan , perlu kiranya dikemukakan di sini bahwa corak pendidikan yang baik itu seperti apa ? secara panjang lebar dikemukakan oleh Isjoni, 2008 (dalam Saniah, 2013), bahwa dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan bagi suatu bangsa, bagaimanapun mesti diprioritaskan, sebab kualitas pendidikan sangat penting artinya karena manusia yang berkualitas saja yang bisa bertahan hidup di masa depan. Manusia yang dapat bergumul dalam suatu masa dimana dunia semakin sengit tingkat kompetisinya adalah manusia yang bermutu. Manusia bersama-sama manusia yang lain hendaknya turut berpartisipasi dalam percaturan dunia yang senantiasa berubah dan penuh teka – teki.

Berangkat dari pemikiran (Isjoni) di atas maka sangatlah tepat PBB melalui lembaga UNESCO (United Nations, Educational, Scientific and Cultural Organization) mencanangkan empat pilar pendidikan, yaitu : (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to live together, dan (4) learning to be.

1.      Learning To Know

Learning to know (belajar untuk menguasai) dimaksudkan bahwa si pembelajar tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga menguasai teknik memperoleh pengetahuan tersebut. Pilar ini berpotensi besar untuk mencetak generasi muda yang memiliki kemampuan intelektual dan akademik tinggi. Learning to know secara inplisit bermakna belajar sepanjang hayat (life long education). Belajar sepanjang hayat ini bertitik tolak atas keyakinan bahwa proses pendidikan dapat berlangsung selama manusia hidup baik di dalam maupun di luar sekolah. Sehubungan dengan ini manusia memiliki peranan yang tidak kecil untuk mengembangkan dirinya secara wajar, dan hal ini itu sudah menjadi kodrat setiap manusia.

Dengan kebijakan tanpa batas umur dan batas waktu untuk belajar, maka kita mendorong agar setiap pribadi dapat bertanggung jawab atas pendidikan dirinya sendiri lebih-lebih dapat menyadari bahwa (a) proses dan waktu pendidikan berlangsung seumur hidup sejak dalam kandungan hingga manusia itu menemui ajalnya, (b) untuk belajar yang tiada batas waktu itu sama saja artinya dengan tidak ada kata “terlambat atau terlalu dini untuk belajar”, dan (c) belajar atau mendidik diri sendiri adalah proses alamiah sebagai bagian integral dari kehidupan (dikutip oleh Saniah dari pandangan Buhanudin Salam, 1997).

2.      Learning To Do

Pendidikan membekali manusia tidak sekedar untuk mengetahui, tetapi lebih jauh daripada itu adalah untuk terampil berbuat atau mengerjakan sesuatu sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna bagi kehidupan. Pilar kedua ini memiliki sasaran terbentuknya kemampuan kerja bagi generasi muda untuk mendukung dan memasuki ekonomi industry (Soedjiarto 2010, dalam Saniah 2013). Lebih jauh dikatakan bahwa, dalam masyarakat industri tuntutan tidak lagi cukup dengan penguasaan keterampilan motoric yang kaku melainkan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seperti : “controlling, monitoring, designing, dan organizing”.

Peserta didik diajarkan untuk melakukan sesuatu dalam situasi kongkret yang tidak hanya terbatas pada penguasaan keterampilan yang mekanistis melainkan juga terampil dalam berkomunikasi, bekerja sama dengan orang lain, mengelola dan mengatasi suatu konflik. Melalui pilar kedua ini dimungkinkan mampu mencetak generasi muda yang inteligen dalam bekerja dan mempunyai kemampuan untuk berinovasi. Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya guna mengaktualisasi keterampilan yang dimilikinya serta bakat dan minatnya untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Sedangkan minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau yang besar terhadap sesuatu.

3.      Learning To Live Together

Learning to live together sama saja artinya dengan belajar untuk dapat hidup bersama. Kemauan dunia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan kemajuan ekonomi yang mengubah dunia menjadi “desa” global ternyata tidak menghapus konflik antar manusia yang selalu mewarnai sejarah umur manusia. Di zaman yang semakin kompleks ini, berbagai konflik makin merebab seperti konflik itu didasari oleh ketidakmampuan beberapa individu atau kelompok untuk menerima semua perbedaan.

Dalam kaitan ini pendidikan dituntut tidak hanya membekali generasi muda untuk menguasai Iptek dan kemampuan bekerja serta kemampuan memecahkan masalah, tetapi juga kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berada dengan penuh toleransi dan penuh pengertian. Adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan kesadaran bahwa hakikat manusia adalah beragam tetapi dalam keberagaman tersebut terdapat persamaan. Hal itu pula yang menyebabkan bahwa learning to live together menjadi pilar belajar yang amat penting dalam menanamkan jiwa perdamaian.

4.      Learning To Be

Ketiga pilar yang sudah disebutkan terdahulu ditujukan bagi lahirnya generasi muda yang mampu mencari informasi dan atau menemukan ilmu pengetahuan, mampu melaksanakan tugas dalam memecahkan masalah, dan mampu bekerja sama, bertanggung jawab, serta toleran terhadap perbedaan. Apabila ketiganya berhasil dengan memuaskan jelas akan menimbulkan adanya rasa percaya diri pada masing – masing peserta didik.

Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan guna melatih siswa agar memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be). Menjadi diri sendiri diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapaian aktualisasi diri (Saniah, 2013).

 

Semoga bermanfaat buat teman – teman semua :)

Jangan lupa kritik dan sarannya serta share juga ya :)

Post a Comment for "4 Pilar Pendidikan | Ilmunessia"